Oleh : Nasichun Amin*
Dalam waktu 10 tahun terakhir ini
pelaksanaan rukyatul hilal di beberapa tempat atau markaz (pusat) pengamatan
hilal atau bulan baru semakin lama semakin ramai atau marak. Pengamatan hilal
sebagai upaya mencari tanda tanda masuknya awal bulan dalam kalender qomariyah
atau lebih dikenal dengan hijriyah semakin ramai didatangi oleh masyarakat
bahkan dari generasi muda. Lebih utama ketika dalam kegiatan yang menentukan
awal bulan puasa di Bulan Ramadhan dan awal Bulan Syawal untuk penanda hari
raya Idul Fitri. Itsbat atau penetapan awal dimulai Bulan Ramadhan, Syawal atau
Dzulhijjah yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini dikoordinasikan
oleh Kementerian Agama RI tidak akan terjadi kalau tidak ada laporan resmi dan
tersumpah dari beberapa tempat atau markaz rukyatul hilal.
Seperti yang terjadi di awal
Bulan Ramadhan 1440 hijriyah beberapa hari lalu. Tidak kurang dari 700 orang
berdesak desakkan di bangunan yang berada di puncak bukit kecil terletak di kawasan tengah Kota Gresik . Tempat yang
dikenal sebagai Balai Rukyat PCNU Bukit Condrodipo di Desa Kembangan Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik yang didirikan sejak tahun 2005 hampir setiap awal
menjelang Bulan Ramadhan , Syawal dan Dzulhijjah dipenuhi oleh para perukyat atau masyarakat
yang ingin ikut berusaha meyaksikan hilal atau bulan baru baik dengan kasat
mata atau dengan membawa peralatan astronomi. Tidak kurang dari 15 alat teleskop berbagai
jenis atau alat teropong benda langit
lainnya baik manual maupun digital atau otomatis terpasang menghadap barat ke
arah dimana matahari tenggelam. Bahkan
teleskop handmade atau rakitan tangan juga sudah banyak dibawa oleh para
perukyat pemula atau calon ahli astronomi Islam di masa depan.
Hampir di setiap propinsi
memiliki tempat untuk dijadikan markaz rukyatul hilal. Bahkan di beberapa
propinsi mempunyai beberapa bahkan puluhan lokasi yang ditetapkan sebagai balai
rukyat resmi oleh lembaga falakiyah. Kalau dijumlah keseluruhannya sebagaimana
dalam berita di bimasislam.kemenag.go.id
tentang lokasi-lokasi rukyatul hilal maka sudah lebih dari 100 lokasi
tempat untuk mengintip munculnya hilal yang didahului dengan terbenamnya sang
surya di seantero wilayah nusantara ini. Walaupun tidak semua yang hadir
memahami secara mendalam apa dan bagaimana rukyatul hilal namun paling tidak
terbukti rukyatul hilal semakin banyak diminati oleh umat. Ini sebagai wujud
semakin berkembangnya ilmu astronomi Islam dalam kehidupan masyarakat. Terutama
di kalangan akademisi semakin banyak dibuka program khusus pendidikan
astronomi Islam atau hisab rukyat.
Walaupun persoalan hisab dan
rukyat telah menyita energi umat Islam demikian besarnya, sehingga ukhuwah kadang terganggu justru pada saat
perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Sekian lama kita terpaku dan terbelenggu
pada masalah, bukan pada solusi. Seolah persoalannya hanya sekedar perbedaan
metode hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan hilal) yang menurut
sebagian ahli mustahil untuk dipersatukan, sama mustahilnya untuk menyatukan
madzhab yang berbeda-beda.
Rosulullah Muhammad SAW
mensyari’atkan penentuan bulan baru dengan rukyatul hilal karena cara inilah
yang dianggap paling sesuai, paling mudah dan tidak menyulitkan serta sudah familiar
bagi umat Islam saat itu. Terlebih lagi pada hadits sebelumnya Nabi menjelaskan
bahwa umat pada massa itu dalam keadaan ummi yakni tidak bisa menulis dan
mengghitung. Menurut Yusuf Qardhawi dalam Fiqh al-Shiyam (Dar al-Wafa, 1991, Hal. 23) bahwa penggunaan
metode rukyat merupakan rahmat dari Allah karena Allah tidak memerintahkan
untuk melakukannya dengan jalan hisab yang tidak dikenal pada saat itu. Sampai
sekarang metode rukyat masih dipakai.
Sementara itu, penggunaan metode hisab sebagai alternatif dalam menetapkan
tanggal baru Bulan Qamariyah khususnya yang berkaitan dengan waktu pelaksanaan
ibadah bila dilihat dari sejarahnya bukanlah termasuk hal yang baru sebagaimana
telah disinyalir oleh Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid bahwa penggunaan
hisab sebagai penentu dalam menetapkan awal bulan sudah dilakukan oleh sebagian
ulama salaf, diantaranya dipelopori oleh Matorif bin al-Syahr.
Pada prakteknya rukyatul hilal
tidak bisa terlepas dari ilmu hisab dan hisab juga tidak akan terbukti tanpa
rukyatul hilal sebagai observasi atau
pembuktian dari hasil yang diperoleh dari ilmu hisab. Perkembangan ilmu hisab
sejak zaman batu sampai zaman modern saat ini juga selalu berkembang dan itu
karena adanya observasi atau pengamatan dan pembuktian yang dilakukan salah
satunya dengan rukyatul hilal. Fenomena
semakin ramai dan semaraknya kegiatan rukyatul hilal tentunya tidak terlepas
dari semakin massif dan berkembangnya pendidikan ilmu hisab yang tersebar baik
di pondok pesantren maupun di perguruan tinggi. Mari kita bersama mensyukuri
adanya perkembangan zaman yang semakin modern juga diikuti dengan meningkatnya
minat dan bakat anak-anak kita dalam mempelajari Ilmu Astronomi Islam yang
merupakan peninggalan para ulama salaf pendahulu kita.
*Anggota Lembaga Falakiyah PCNU
Gresik dan Penghulu/Kepala KUA Kec. Duduksampeyan Gresik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar